Cerita sejarah suku Padoe

Di kampung Mayakeli

 

Dahulu kala orang Kalae tinggal di kampung Kanta Kayaka. Pada waktu itu terus terjadi peperangan. Peperangan kanta melawan komali (Tondoha-bahasa Padoe).

Pembuatan peralatan perang, seperti pedang, tombak, perisai, Tobo. Pembuatan peralatan perang itu terdengar sampai di orang Pebato (sekarang Taripa),  Orang Pebato mengutus pengintai bernama Tetembu Maligongga pergi ke kampung. Orang Kalae mengetahui kedatangan Tetembu dari orang Pebato. Mereka menangkap dan membunuhnya. Mereka tidak mengetahui tondoha polabunga dipindahkan ke atas kuburannya si Tetembu.

Karena tidak pernah datang si Tetembu, panglima perang Pebato mengutus lagi pengintai pergi ke kanta mengapakah si Tetembu tidak pernah mereka dapati mayatnya si pengintai. Malahan mereka mendengar nyanyian anak-anak, berkata :

”OHAYO-OHAYO TETEMBU NARUNCU NONO RITONGONYA”

Arti nyanyian itu Tetembu Malingongga sudah meninggal. Pulang memberitahukan bahwa Tetembu sudah meninggal, setelah itu Pebato menyerang kanta. Dalam peperangan ini tidak ada yang menang tidak ada yang kalah, orang Pebato pulang ke kampung mereka, orang Kalae yang melarikan diri ke Wawombau yang ke selatan tidak kembali. Yang pulang dari Wawambau yaitu bernama MOLIO’A adalah yang tinggal di Tomata, sekarang Mori Atas. Mereka yang pergi ke Selatan disebut orang Paado. Orang Paado inilah yang menjadi Mori Padoe yang tinggal di  Sulawesi Selatan. Dari sinilah asalnya suku orang Padoe.

Tahun 1953 terjadi peperangan di daerah Nuha karena kedatangan DARUL ISLAM/TENTARA ISLAM INDONESIA (DI/TII). Pemimpinnya adalah Kahar Muzakar yang tidak menyukai orang kristen. Orang kristen melarikan diri pergi ke kampung Malili. Di Malili tidak aman karena gerombolan Kahar Muzakar terus mengejar. Dari Malili melarikan diri pergi ke Wotu/Mangkutana. Orang Padoe, Karunsi’e, Tambee membangun kampung bernama PaKaTaN (Padoe,Karunsi’e, Tambee, Nuha).

Karena tidak aman, orang Padoe, Karunsi’e, Tambee melarikan diri datang ke Sulawesi Tengah. Ada yang tinggal di Korobono, ada yang melanjutkan ke Tomata. Keluar dari Tomata, orang Padoe bermukim di kampung Taliwan, orang Karunsi’e bermukim di kampung Tiwaa, orang Tambee bermukim di kampung Dangkati (Perwakatan/Ta’ende) dan di Lanumor. Yang dari Korobono datang ke Pamona (Ue Puro) tahun 1958.

Tempat tinggal mereka di Pamona dan berkebun di Yosi. Kemudian mereka : M. Langguna, T. Lara, S. Larobu pergi meminta tempat pada petinggi Pamona bernama Lora Molindo (2 Maret 1959). Tanggal 5 Maret 1959 pemimpin B. Tabunggi menunjukkan daerah pemukiman yaitu di sungai Mayakeli. Daerah orang Padoe itu diberi nama kampung ”MayaKeLi”,

M = Matompi, K = Kawata, L = Lioka. Pada waktu itu ada 15 keluarga (86 orang). Jadi inilah kampung Mayakeli sampai sekarang.

Sampai di sini.

Membagikan